Parah! Saat Pengawal Presiden Dituduh Pengkhianat Negara di Film ‘Angel Has Fallen’

Film 'Angel Has Fallen'
Film 'Angel Has Fallen'. Foto: Istimewa

FILM, Lajuberita.id – Buat kalian yang demen banget sama film aksi dan thriller, pasti udah nggak asing lagi sama seri Has Fallen. Setelah ngabisin teroris di Gedung Putih (Olympus Has Fallen) dan London (London Has Fallen), kini giliran sang agen legendaris Mike Banning kembali di film ketiga, Angel Has Fallen. Film ini rilis di tahun 2019, disutradarai Ric Roman Waugh, dan dibintangi Gerard Butler, Morgan Freeman, dan Nick Nolte. Meski beberapa kritikus punya pandangan yang campur aduk terhadap film ini, banyak penonton setuju kalau Angel Has Fallen ini punya aksi yang solid dan cerita yang bikin penasaran, yang membuatnya lebih baik dari film sebelumnya. Jadi, siapin camilan dan kopi kalian, karena sinopsis ini bakal bikin kalian makin nggak sabar nonton!

Alur Cerita Utama: Dari Pahlawan Jadi Buronan Kelas Kakap

Bacaan Lainnya

Di film ini, kita ketemu lagi sama Mike Banning (Gerard Butler), yang kini digadang-gadang bakal naik jabatan jadi Direktur Secret Service. Tapi, di balik tampang pahlawannya, Mike lagi berjuang mati-matian sama masalah kesehatan yang disembunyiin dari semua orang. Ia sering migrain dan insomnia, ditambah sakit punggung kronis akibat cedera tempur. Mike masih harus bolak-balik ke dokter untuk meredakan sakitnya.
Di tengah-tengah rasa lelah fisik dan mental itu, sebuah petaka datang. Saat Mike lagi mengawal Presiden Allan Trumbull (Morgan Freeman) yang lagi liburan santai mancing di danau, tiba-tiba segerombolan drone bersenjata canggih menyerang habis-habisan.

Serangan dadakan itu langsung membantai semua agen Secret Service yang bertugas. Cuma Mike yang berhasil selamat dan, dengan sekuat tenaga, ia berhasil menyelamatkan nyawa Presiden, yang sayangnya jadi koma akibat serangan itu.

Yang paling parah, di saat semua orang berduka, Mike malah dituduh jadi dalang serangan gila ini. Pihak teroris, yang masih misterius, menyebar bukti palsu. Sidik jari Mike ditemukan di alat-alat penyerangan, membuatnya langsung jadi buronan nomor satu yang diburu agen FBI pimpinan Helen Thompson (Jada Pinkett Smith).

Mike yang nggak terima dituduh berkhianat, kabur dan mulai misi solo untuk membersihkan namanya. Ia berusaha mencari bukti-bukti otentik yang dapat membongkar konspirasi yang terjadi. Ia menyadari bahwa pelaku sebenarnya adalah Wade Jennings (Danny Huston), mantan rekan seperjuangan yang kini punya perusahaan militer swasta. Ternyata Jennings bersekongkol dengan Wakil Presiden Martin Kirby (Tim Blake Nelson) untuk menjebak Mike dan menguasai Amerika.

Perjalanan Mike buat membongkar semua ini bener-bener bikin jantung deg-degan. Ia harus mengelabui agen-agen FBI dan melawan para tentara bayaran Jennings. Di tengah semua kekacauan ini, Mike mendapat bantuan tak terduga dari ayahnya, Clay Banning (Nick Nolte), seorang veteran perang yang hidup menyendiri di hutan. Keduanya berkolaborasi untuk melawan serangan para penjahat. Di akhir cerita, Mike berhasil menemui Presiden yang sudah sadar dari koma, membongkar semua pengkhianatan, dan menghentikan rencana busuk Jennings. Pada akhirnya, Mike Banning dibebaskan dari segala tuduhan dan justru mendapat promosi jabatan sebagai Direktur Secret Service.

Plot Twist & Kejutan: Tebakanmu Benar Nggak Sih?

Salah satu poin yang paling banyak dibahas dari film ini adalah plot twist-nya. Beberapa kritikus berpendapat bahwa film ini memiliki “plot twist paling konyol yang bisa ditebak dalam sejarah film”. Banyak ulasan juga menunjukkan bahwa “kalau kamu menyewa Danny Huston untuk memerankan kontraktor militer, akan mengejutkan jika dia bukan penjahat rahasia”. Film ini memang tidak berusaha menyembunyikan siapa penjahatnya, dan tidak ada “red herring” atau petunjuk palsu yang menyesatkan.

Namun, bagi banyak penonton, termasuk audiens yang mencari film untuk hiburan semata, hal ini justru bukan masalah. Film ini berfokus pada pengalaman yang mendebarkan, bukan pada teka-teki rumit. Ketika kalian bisa menebak alurnya dari awal, film ini menjadi pengalaman yang “nggak neko-neko” dan kalian bisa fokus menikmati aksi-aksi yang disajikan.

Character Spotlight: Ayah Mike Banning, MVP yang Tak Terduga

Kalau ada satu hal yang bikin film ini bener-bener stand out dari dua film sebelumnya, itu adalah kehadiran Nick Nolte sebagai Clay Banning, ayah Mike. Sebagian besar kritikus dan penonton sepakat bahwa karakter ini adalah “senjata rahasia” film dan kehadirannya menambahkan sentuhan yang sangat dibutuhkan.

Clay Banning adalah sosok mantan veteran yang paranoid dan hidup terpencil di hutan. Kemunculannya di tengah film membuat alur yang awalnya tegang dan serius jadi terasa lebih segar. Dinamika hubungan antara Mike dan ayahnya membawa unsur emosional dan humor yang otentik. Salah satu adegan aksi antara mereka berdua dianggap “absurd tapi benar-benar lucu,” dan chemistry keduanya di layar jauh lebih baik dari hubungan lain di film-film sebelumnya.

Bahkan, ada yang bilang kalau akting Nick Nolte di film ini begitu bagus sampai bikin mereka meneteskan air mata, sesuatu yang tidak terduga dari film action semacam ini. Jadi, meski Gerard Butler tetap jadi sorotan, yang berhasil mencuri panggung di hati para penonton adalah aksi kocak dan relatable dari sang ayah.

Di balik semua adegan tembak-menembak dan ledakan, Angel Has Fallen menyajikan tema-tema yang lebih dalam dan relevan dengan kehidupan anak muda masa kini. Film ini bukan hanya tentang pahlawan yang difitnah, tetapi juga tentang konsekuensi jangka panjang dari tekanan pekerjaan. Mike Banning digambarkan menderita sakit fisik dan mental dari cedera tempur bertahun-tahun yang membuatnya hampir tidak dapat berfungsi. Ia menderita migrain, insomnia, dan sakit punggung kronis yang ia sembunyikan dari semua orang.

Karakter Mike menggambarkan isu burnout yang sangat relatable bagi banyak orang saat ini. Meskipun ia seorang pahlawan, tubuhnya menuntut istirahat dan ia harus menghadapi kenyataan bahwa ia tidak lagi sekuat dulu. Konflik batin ini membuat karakternya terasa lebih manusiawi dan tulus. Film ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa menjadi pahlawan pun memiliki harga yang mahal, dan kesehatan mental serta fisik tidak boleh diabaikan. Hal ini memberikan dimensi emosional yang lebih dalam, yang tidak hanya menghadirkan aksi, tetapi juga kisah tentang pengorbanan dan perjuangan pribadi.

Elemen Aksi dan Visual: Antara Boom dan Zonk

Sebagai film aksi, Angel Has Fallen berhasil menyajikan ketegangan yang intens dan adegan aksi yang solid. Serangan drone di awal film adalah salah satu momen yang paling mendebarkan dan efektif dalam memicu alur cerita. Namun, seperti film blockbuster lainnya, film ini juga tidak luput dari perdebatan terkait efek visualnya.

Beberapa kritikus merasa efek visual (CGI) dan penggunaan green screen di beberapa adegan terlihat kurang meyakinkan dan “jauh dari standar PlayStation 2”. Di sisi lain, ada juga yang merasa efek CGI-nya lumayan mengesankan. Perbedaan pandangan ini menunjukkan bahwa kualitas visual bisa menjadi poin interaktif yang menarik untuk didiskusikan dengan audiens. Daripada menyajikan satu pandangan tunggal, konten dapat merangkul kedua sisi argumen dan mengajak pembaca untuk berpartisipasi dalam percakapan, misalnya dengan menanyakan pendapat mereka di kolom komentar.

Secara keseluruhan, ulasan kritikus untuk film ini terbilang beragam atau “campuran”. Beberapa kritikus memberikan nilai rendah dan menyebut film ini “mediocre”. Poin-poin utama kritik berkisar pada plotnya yang sangat mudah ditebak , efek visual yang dianggap kurang maksimal , dan kurangnya orisinalitas jika dibandingkan dengan film lain yang lebih orisinal. Para kritikus melihat film ini sebagai produk formulaik dari Hollywood yang tidak berani mengambil risiko kreatif.

Respon Publik: User Score yang Bikin Senyum
Di sisi lain, respons penonton umum, terutama yang terekam di platform seperti TikTok dan Metacritic, cenderung lebih positif. Meskipun film ini tidak sepenuhnya sempurna, penonton menghargai film ini karena aksi yang solid dan hiburan yang disajikannya. Banyak yang menganggap Angel Has Fallen sebagai film yang pas untuk dinikmati saat “gabut” atau sekadar mencari film yang bisa memacu adrenalin tanpa harus berpikir keras.

Kehadiran Nick Nolte sebagai ayah Mike juga menjadi favorit banyak penonton, karena berhasil menyuntikkan humor dan kedalaman emosional yang membuat film ini terasa lebih personal.

Banyak yang sepakat bahwa Angel Has Fallen adalah film terbaik dari trilogi ini, jauh mengungguli London Has Fallen. Alasannya terletak pada pergeseran fokus. Angel Has Fallen lebih berani menggali sisi manusiawi dan kerentanan karakter Mike Banning. Film ini tidak hanya menonjolkan aksi yang lebih matang, tetapi juga memiliki alur cerita yang lebih koheren dan sentuhan humor yang datang dari dinamika ayah-anak. Hal ini membuktikan bahwa meskipun sebuah film memiliki kelemahan yang kentara, elemen karakter yang kuat dapat menjadi daya tarik utama dan membuat sebuah waralaba menjadi lebih baik.

Analisis komprehensif ini menunjukkan bahwa Angel Has Fallen adalah produk media yang menargetkan audiens dengan kebutuhan hiburan yang spesifik.

Meskipun kritikus mungkin melihatnya sebagai film yang formulaik dan dapat ditebak, penonton targetnya menghargai film ini karena aksi yang solid, karakter yang relatable, dan nilai hiburannya yang tinggi.
Berdasarkan temuan ini, rekomendasi utama untuk kreator konten adalah untuk merangkum dan menyajikan film ini sebagai “tontonan wajib saat gabut” atau “film aksi yang seru tanpa bikin pusing.” Artikel yang disajikan harus berfokus pada pengalaman menonton yang menyenangkan, menyoroti adegan-adegan ikonik, dan, yang terpenting, menggunakan bahasa yang personal dan akrab dengan audiens muda. Strategi konten dan tagar harus memanfaatkan tren media sosial dan pencarian implisit, seperti nonton gabut, untuk menjangkau audiens secara organik.

Dengan pendekatan ini, konten tidak hanya akan informatif, tetapi juga relevan dan otentik di mata audiens yang dituju. (kus)

Pos terkait