FILM, Lajuberita.id – Film Carrie versi 2013 adalah remake modern dari film klasik tahun 1976 yang diadaptasi dari novel karya Stephen King. Disutradarai oleh Kimberly Peirce, versi ini mencoba memberi sentuhan baru dengan gaya visual modern dan tema sosial yang lebih relevan—terutama soal perundungan di era digital.
Dibintangi oleh Chloë Grace Moretz sebagai Carrie White dan Julianne Moore sebagai ibunya yang fanatik, film ini menghadirkan perpaduan antara tragedi remaja, horor psikologis, dan kisah balas dendam yang tak terlupakan.
Awal Cerita: Lahirnya Carrie White
Film dibuka dengan adegan kelam di rumah sakit: seorang wanita bernama Margaret White melahirkan anaknya, Carrie, sendirian. Dalam kondisi panik dan dilanda delusi religius, ia hampir membunuh bayinya sendiri karena menganggapnya “anak dosa”. Namun akhirnya, ia menyesal dan membesarkan Carrie dengan didikan ekstrem yang sangat religius.
Sejak kecil, Carrie hidup dalam ketakutan dan pengasingan. Ibunya percaya bahwa dunia luar penuh dosa, dan bahkan melarang Carrie bergaul dengan teman-teman di sekolah. Rumah mereka gelap, penuh doa, dan rasa bersalah. Hal ini membentuk Carrie menjadi gadis pemalu, canggung, dan tertutup.
Dunia Sekolah yang Kejam
Carrie tumbuh menjadi siswi SMA yang sering jadi bahan ejekan. Suatu hari di kamar mandi sekolah, Carrie mendapat menstruasi pertamanya. Karena tak tahu apa yang terjadi, ia panik dan memohon pertolongan, tapi malah ditertawakan dan direkam oleh teman-temannya. Video penghinaan itu bahkan diunggah ke media sosial — bentuk perundungan digital yang sangat relevan dengan zaman sekarang.
Guru olahraga mereka, Miss Desjardin, mencoba menenangkan Carrie dan menghukum para siswi yang menghina. Namun, luka di hati Carrie sudah terlalu dalam. Dari sinilah tanda-tanda aneh mulai muncul: kaca pecah, benda-benda bergerak tanpa disentuh. Carrie mulai sadar ia memiliki kekuatan telekinesis — kemampuan menggerakkan benda dengan pikirannya.
Hubungan dengan Sang Ibu
Margaret White adalah sosok ibu yang keras dan fanatik. Ia menganggap Carrie adalah alat iblis dan terus mengurungnya dalam doa dan penyesalan. Setiap kali Carrie berbuat “salah”, ibunya menyiksanya secara fisik dan emosional, memaksa Carrie berdoa di ruangan kecil yang ia sebut “lemari doa”.
Namun di balik ketakutannya, Carrie mulai menemukan kekuatan dirinya sendiri. Ia mulai membaca buku tentang telekinesis, berlatih diam-diam, dan menyadari bahwa ia bisa mengendalikan kekuatan itu — bukan sebaliknya.
Ajakan ke Malam Prom
Salah satu teman sekolah, Sue Snell, merasa bersalah karena ikut mengolok-olok Carrie. Untuk menebus kesalahannya, Sue meminta pacarnya, Tommy Ross, mengajak Carrie ke acara prom. Carrie yang polos mengira ini adalah kesempatan untuk hidup seperti remaja normal.
Setelah meyakinkan ibunya yang menentang keras, Carrie akhirnya pergi ke prom dengan gaun buatan sendiri. Ini adalah momen bahagia pertamanya — ia menari, tertawa, dan merasa diterima. Semua tampak sempurna… untuk sesaat.
Malam Prom Berdarah
Namun, di balik itu, Chris Hargensen, siswi yang dendam karena dihukum atas kasus video, merencanakan balas dendam kejam. Bersama pacarnya, Billy, ia menggantung seember darah babi di atas panggung prom. Saat Carrie dan Tommy diumumkan sebagai Raja dan Ratu Prom, ember itu ditumpahkan ke kepala Carrie. Semua orang menertawakan, sementara Tommy terkapar terkena ember logam yang jatuh.
Momen itu menjadi titik balik. Dunia Carrie runtuh dalam hitungan detik. Rasa malu, duka, dan kemarahan membuncah jadi kekuatan destruktif. Dengan tatapan dingin dan tubuh berlumuran darah, Carrie melepaskan seluruh kekuatannya. Lampu pecah, lantai terbakar, orang-orang panik dan terbunuh. Aula sekolah berubah jadi neraka.
Pembalasan dan Tragedi
Carrie keluar dari gedung yang terbakar, meninggalkan kehancuran di belakangnya. Ia mencari Chris dan Billy yang berusaha kabur dengan mobil. Dengan kekuatan pikirannya, Carrie menghancurkan mobil itu hingga meledak — akhir tragis bagi mereka yang mempermalukannya.
Namun, ketika Carrie pulang ke rumah, tragedi tak berhenti di situ. Ibunya yang fanatik menyerangnya dengan pisau, menganggap Carrie telah kerasukan iblis. Dalam kepanikan, Carrie menggunakan kekuatannya secara refleks dan menusuk ibunya dengan benda-benda tajam di sekitar mereka. Setelah sadar, ia menangis histeris dan meratapi kematian sang ibu.
Rumah itu akhirnya runtuh, menelan keduanya. Dalam versi film ini, Carrie meninggal bersama ibunya — simbol tragis dari cinta dan kebencian yang tak bisa disatukan.
Ulasan & Analisis Kritikus
Film Carrie (2013) mendapatkan reaksi beragam dari kritikus. Sebagian menilai film ini terlalu “aman” dan tak banyak memberikan hal baru dibanding versi 1976 karya Brian De Palma yang legendaris. Namun, banyak juga yang mengapresiasi usaha sutradara Kimberly Peirce dalam memperbarui konteks sosialnya.
Kritikus dari The Guardian menilai film ini lebih menyentuh secara emosional berkat akting Julianne Moore yang intens sebagai ibu fanatik. Ia memberikan kedalaman karakter yang tragis, membuat penonton merasa kasihan sekaligus ngeri.
Sementara Chloë Grace Moretz disebut “terlalu cantik dan percaya diri” untuk peran Carrie oleh sebagian pengulas, namun ia tetap berhasil menghadirkan sisi rapuh dan berbahaya dari karakternya. Dalam beberapa adegan, terutama saat kekuatan telekinesisnya meledak, ekspresinya benar-benar menakutkan dan menyedihkan di waktu yang sama.
Efek visual di film ini cukup memukau, terutama di adegan prom berdarah. CGI digunakan untuk memperlihatkan kehancuran secara dramatis tanpa kehilangan atmosfer tragisnya. Walau beberapa adegan terasa agak berlebihan, film ini berhasil menjaga inti cerita: penderitaan seorang remaja yang ditolak dunia dan memilih membalasnya dengan kekuatan mematikan.
Tema dan Makna di Balik Cerita
Pada dasarnya, Carrie bukan sekadar film horor tentang telekinesis. Ia adalah metafora tentang rasa kesepian, tekanan sosial, dan kekerasan yang lahir dari ketidakadilan. Carrie White adalah cermin dari banyak orang yang diasingkan karena berbeda — entah karena penampilan, latar belakang, atau kepribadian.
Di era media sosial, penghinaan bisa menyebar dalam hitungan detik, membuat film ini terasa relevan meski dibuat dari kisah lama. Versi 2013 menyorot cyberbullying dan efek domino dari kekejaman remaja yang sering diremehkan.
Selain itu, hubungan antara Carrie dan ibunya juga menggambarkan bentuk cinta yang rusak oleh fanatisme agama. Margaret mencintai anaknya, tapi juga takut padanya. Cinta berubah jadi penjara, dan kasih sayang jadi alasan untuk menyakiti.
Penilaian Akhir
Secara keseluruhan, Carrie (2013) adalah remake yang solid tapi tidak revolusioner. Ia punya hati, punya niat baik untuk relevan secara sosial, dan ditopang oleh dua akting kuat — Moretz dan Moore. Namun, bagi penggemar versi klasik, film ini mungkin terasa kurang menggigit karena kehilangan beberapa elemen atmosferik khas Brian De Palma.
Namun jika dilihat sebagai film berdiri sendiri, Carrie (2013) tetap menawarkan kombinasi emosional dan mencekam yang efektif. Ia bukan hanya kisah horor tentang darah dan kematian, tapi juga tentang luka batin yang tak pernah diobati.
Rating & Kesimpulan
Genre: Horor, Drama, Thriller
Durasi: 100 menit
Sutradara: Kimberly Peirce
Pemeran: Chloë Grace Moretz, Julianne Moore, Judy Greer, Portia Doubleday
Rating Kritikus (Rata-rata): 6.5/10
Kesimpulan:
Carrie (2013) mengingatkan kita bahwa terkadang monster bukan datang dari luar — tapi tumbuh dari dalam diri seseorang yang terlalu lama disakiti. Film ini berdarah, menyedihkan, dan punya pesan sosial yang relevan.
Lalu bagaimana cara nonton film ini. Gampang. Buka browser, ketik yandex.com, setelah terbuka situs pencarian yandex, ketik nonton film seri korea Carrie 2013. Tinggal pilih website mana yang mau diakses. (don)





